NEW CHAPTER (Part 2): Throw Back Time & Murid Pekerja Keras

By Dian's Site - Kamis, Mei 24, 2018

credits: @naqtha

Mungkin kalau kalian sudah lama mengikuti blog aku yang jarang posting ini, kalian pernah baca New Chapter yang aku tulis 3 tahun lalu. Waktu berlalu dengan begitu cepat sampai-sampai chapter yang aku tulis 3 tahun lalu itu sudah berakhir.
Bener banget, alhamdulillah akhirnya aku bisa menyelesaikan masa-masa yg konon katanya paling indah (red: SMA) dengan selamat. Jujur aja nih, waktu aku nulis New Chapter itu, hatiku sedang berusaha merelakan SMA negeri impianku dan mensyukuri kalau aku sebaiknya di swasta saja. Tapi setelah aku melewati 3 tahun yang penuh warna, aku paham dan malah bersyukur banget Allah masukin aku di Muhi Jogja.
Lewat Muhi, aku ketemu sama orang-orang yang membuka hati dan pikiran aku, Muhi lingkungannya relatif lebih diverse dibanding SMA lain secara anak dari Sumatera sampai Papua sana juga ada. Mungkin Allah ngetraining aku dengan kemajemukannya Muhi sebelum aku turun ke kemajemukan kampus besok, hahahah. Tapi karena kelasku anak-anaknya mayoritas Jogja jadi aku sedikit banyak belajar budaya sini.
Awalnya, sebagai anak dari Indonesia timur jujur aja aku merasa minder dengan teman-temanku dari Jogja sini. Aku ngerasa underdog banget, tapi perasaan minder itulah yang memecut aku buat berusaha lebih keras. Ya mungkin kalau kalian tanya temen-temen aku Dian itu gimana pas kelas X, jawabannya ya relatif sama: belajar mulu. Aku ga akan menyangkal sih kalo pas kelas X emang belajar terus tapi ga segila pas kelas XII hahahaha.
Selama kelas X aku bangun subuh, belajar, terus siap-siap ke sekolah, pulang ya belajar lagi malemnya. Ya tipikal anak culun gitu lah. Wkwkwkw
Naik kelas XI aku jadi anak organisasi abis, sibuk banget, pas semester 4 akhirnya aku diminta fokus akademik sama orang tua akhirnya kulepaskan kesempatan buat gabung IPM lagi--huhuhu padahal seru bgt. Ya ini juga karena nilai kamademikku turun sih, jadi aku dimarahin ortu heheh (rapat mulu, jarang belajarnya cuy). Tapi Alhamdulillah semua tugas aku tuntaskan baik itu PR maupun tugas harian, ulangan harian ataupun UTS pun aku susul semua.

Hasil Observasi Amatiran

Sebenarnya kalau mau dibilang aku ini pinter, ya engga pinter-pinter amat tapi ga bodho juga. Tapi satu yang aku paham: aku ini murid yang rajin. Rajin ngerjain tugas serta rajin masuk sekolah. Aku selama tiga tahun ini mengamati pencapaian akademik dengan kelakuan teman-temanku di kelas.  Siapa yang menanam, maka dia akan menuai. Kalau kamu rajin di kelas, tugas dikumpul, belajarnya rajin, ya hasilnya juga mantep, dan begitu juga sebaliknya. Sejujurnya aku melihat potensi yang besar didalam diri teman-temanku sekelas.

Itu sih, rasanya sudah jelas, tapi terkadang diri kita direndung rasa malas dan malah memanjakan rasa malas itu bersemayam, terkumpul sehingga susah dilawan. Semua hal itu butuh pengorbanan, kita harus berkorban  untuk mendapatkan sesuatu yang rata-rata, kalau mau dapat sesuatu yang lebih kita juga harus berkorban lebih daripada yang orang lain biasanya korbankan.

Kemudian aku bertanya-tanya lagi, aku melihat beberapa dari teman-temanku ini sudah cukup rajin, tapi kenapa pencapaian (dalam hal ini akademik) tidak begitu signifikan? Sebenarnya banyak faktor yang bisa mempengaruhi. Tapi aku pribadi sebagai pihak eksternal yang mengamati, bahwa teman-temanku ini sudah kerja keras tetapi belum kerja cerdas. Sederhana saja: kenapa belajar dengan sistem SKS yang bikin gumoh sampai tidur ga karuan kalau lebih nyantai belajar itu di cicil aja? Kenapa gak pahamin aja konsepnya daripada ngafalin tapi ga nyantol-nyantol, ngafalin tapi ga paham sebenernya intisari dari materinya itu apa? dan masih banyak lagi hal-hal yang sebenernya bisa lebih efektif dan efisien.

Kita terlalu fokus kepada kerja keras: yang penting kerja, yang penting dikumpul, yang penting dapat nilai daripada kosong sampai lupa justru ada opsi yang lebih komplit: kerja cerdas. Kerja cerdas dalam hal ini misalnya: nyicil belajar biar ga gumoh--selain lebih santai pas hari-H,  juga informasi  yang didapat lebih tahan lama H.

Hasil pengamatanku yang tidak sesuai prosedur penelitian ini mengenyampingkan tingkat kecerdasan murid-murid di kelas ya. Karena kecerdasan itu ada banyak macamnya. Jadi, hal itu mungkin menjadi alasan kenapa beberapa temenku yang memang secara akademisnya biasa-biasa tapi punya bakat diluar akadaemis yang luar biasa misalnya make up, videographer, bisnis, organisasi, melukis, dll. Jadi jangan berkecil hati kalau nilai akademis kamu biasa-biasa aja, karena tiap anak punya kecerdasan yang berbeda! :)

Bab Terakhir Putih Abu-Abu


Akhirnya wisuda yeay.

Semenjak UAS semester 4, aku berusaha ngejar nilaiku biar lebih bagus daripada sebelumnya karena aku pengen SNMPTN (jalur rapor masuk PTN). Naik kelas XII, aku berusaha sepesimis mungkin dengan SNMPTN  a.k.a gamau berharap supaya kalau misalnya ga keterima aku ga terlalu kecewa dan ga menggantungkan harapan satu-satunya ke SNMPTN. Dari liburan semester aku pulkam udah bawa buku SBMPTN, berusaha nyicil senggaknya materi TPA dibantu dengan Zenius. Awal-awal masuk kelas XII aku bikin jadwal nyicil dan target belajar materi sbm. Bangun tahajud abis itu belajar, subuhan, belajar, siap-siap, pulang, istirahat belajar lagi. Ambis abis deh pokoknya! Tiap pulang sekolah aku selalu ngelewatin gerbang depan UGM, wah aku sholawatin sampe sebelum pengumuman SNM aku sholawatin terus hehehe. Alhamdulillah keterima SNMPTN di HI UGM hehe.

Sekarang SMA telah sempurna menjadi masa lalu, didepan mata berbagai tantangan dan tanggung jawab yang lebih besar menanti. Aku ngerasa kalau jadi mahasiswa kita sudah menjadi 'manusia yang seutuhnya'--hampir. Ahahaha, apasih Dian. Maksudku, disini kita diberi lebih bebas menentukan kehendak dan mengontrol diri kita sebagai pembelajar. Soalnya di SMA kan, masih dioyak-oyak bapak & ibu guru, jadwal tinggal manut sekolah, dan masih dengan longgarnya melibatkan orang tua dalam sebagian besar perkembangan akademis kita. Kenapa aku bilang hampir? Karena menurutku menjadi mahasiswa sdisini, berarti aku masih dalam tahap mempersiapkan ilmu yang bakal aku gunakan untuk terjun langsung ke masyarakat, jadi aku belum sepenuhnya terjun kemasyarakat dan mengambil posisi dalam masyarakat luas. Belum menjadi adults yang sepenuhnya. Hahahah.



Ps: Kalau kalian mau aku bahas soal SNMPTN atau cara aku mempersiapkan diri buat SBM tanpa bimbel, bisa komen dibawah atau ig: @dnggrn_ :)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar